Jakarta – Majalahcsr. Martha Tilaar, pendiri dan Ketua Martha Tilaar Group, telah menunjukkan bagaimana menjalankan bisnis yang sukses dengan jangkauan global sambil mengintegrasikan operasi-operasinya ke dalam komunitas lokal.
Bisnis jasa kecantikan yang dikembangkan oleh Martha Tilaar memang jauh lebih dari menjual kosmetik dan krim dari kantor pusatnya di Jakarta, Indonesia. Bahkan hampir lima dekade setelah membuka salon kecantikan pertamanya, Martha memimpin bisnis jasa kecantikan komprehensif yang menyediakan pekerjaan bagi wanita muda dan mendukung petani lokal dan komunitas mereka sambil memajukan banyak Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Salah satu dari empat pilar operasi perusahaan adalah Memberdayakan Perempuan yang bertujuan untuk melawan kemiskinan dan perdagangan manusia. Martha mendirikan Pusat Pelatihan Martha Tilaar pada tahun 2000 untuk mendukung bisnis spa dan operasi waralaba perusahaan.
Martha yang saat ini mempunyai empat anak, merekrut wanita yang kurang beruntung di kota-kota kecil dan menawarkan beasiswa untuk sesi pelatihan tiga hingga enam bulan. Pusat ini menyediakan aliran terapis spa profesional dan terampil yang konsisten.
Hal ini juga memajukan Tujuan 5 tentang Kesetaraan Gender dan Tujuan 10 tentang Ketidaksetaraan Berkurang dengan membantu perempuan mendapatkan pekerjaan dan menjadi mandiri secara finansial. Sekitar 5.600 wanita telah melewati pusat dan sekarang bekerja di dalam dan di luar Indonesia. Beberapa telah berevolusi menjadi pengusaha sukses dengan bisnis mereka sendiri.
Martha juga melibatkan petani sebagai pemasok bahan baku tanaman yang digunakan dalam produk kecantikan dan kesehatan Tilaar Group, Martha membantu petani dan komunitas mereka menjalani kehidupan yang lebih baik. Dia memajukan Tujuan 1 (Tanpa Kemiskinan), Tujuan 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), Tujuan 15 (Hidup di Tanah) dan Tujuan 17 (Kemitraan untuk Tujuan).
Dia juga memastikan bahan baku berkualitas terbaik untuk produknya dan memenuhi Goal 12 tentang Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. Dengan mengajar petani tentang metode pertanian organik, perusahaan memenuhi target Tujuan 4 tentang Pendidikan Berkualitas dan petani menggunakan teknik pertanian berkelanjutan yang tidak membahayakan kesehatan mereka, tanah atau komunitas mereka.
Kelompok Tilaar seperti yang dilansir dalam unglobalcompact.org telah melatih sekitar 117 kelompok tani di seluruh negara Asia Tenggara dan pada tahun 2004 menciptakan sebuah kebun organik yaitu Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar sebagai tempat untuk pendidikan dan pelestarian tanaman Indonesia. Kebun ini sekarang memiliki 600 spesies dari 8.000 tanaman obat, kosmetik dan aromatik yang tumbuh di Indonesia.
Martha secara teratur berkolaborasi dengan asosiasi bisnis untuk mendapatkan dan berbagi informasi tentang peraturan pemerintah dan tren bisnis global. Dia bekerja dengan kelompok masyarakat sipil, seperti WWF-Indonesia dan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, bagian dari Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB, dan Pemerintah.
Misalnya, perusahaan adalah anggota Komite Pengarah Pengelolaan Sampah Nasional, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perusahaan bekerja dengan semua pemangku kepentingan dan mitra bisnisnya di sepanjang rantai pasokan, dari petani hingga distributor, untuk memastikan praktik bisnis yang berkelanjutan ditegakkan. Sistem evaluasi vendor membantu Grup meninjau operasi vendornya.
Perusahaan mengadakan pertemuan rutin dengan pelanggan, distributor, dan gerai ritel. Komponen penting untuk pertemuan ini adalah menyampaikan pesan Sepuluh Prinsip dari Global Compact PBB.
Martha telah mengintegrasikan Prinsip ke dalam strategi bisnis perusahaan, yang mencakup empat pilar: Beauty Green, Beauty Culture, Beauty Education, dan Empowering Women. Praktik kerja yang tepat diikuti dan kelompok selalu bekerja sama dengan organisasi buruh.
Perusahaan pun telah berpartisipasi dalam Global Compact PBB sejak 2003. Sebagai peserta pendiri Compact, Martha berbagi Ten Principles dengan rekan-rekan di Asosiasi Pemasaran Indonesia dan membantu mendirikan Global Compact Network Indonesia pada tahun 2006.
Martha adalah anggota dewan Jaringan dan mendukung semua acara dan programnya, seperti Kelompok Kerja Mandat Air, Kelompok Kerja Bisnis dan Hak Asasi Manusia dan Panggilan untuk Bertindak untuk Bisnis Berkelanjutan.
Tidak heran jika Martha mendapatkan 2018 SDG Pioneer for Advancing Sustainability Through Community Engagement dari United Nation Global Compact.
sumber: majalahcsr.id